Nabi dan Wong Cilik

Seperti semua hal yang terjadi dalam sejarah, ajaran Islam tak turun tiba-tiba. Ada kondisi ruang-waktu sejarah yang menjadi konteks terjadinya proses dan dinamika perubahan yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Dalam proses dan dinamika tersebut, di hadapan masyarakat Jahiliyyah dan tata dunia yang tak adil, nabi selalu memperlihatkan keberpihakannya kepada kaum terpinggirkan.

Keberpihakan kepada kaum papa.

Ide tauhid yang dibawa nabi Muhammad bukanlah hal yang baru. Ajaran monoteisme bahkan sudah dibawa oleh nabi-nabi pada banyak peradaban dan negeri. Satu nilai dan sikap yang ditunjukkan Nabi sejak awal kenabian, selain dakwah kepada tauhid, adalah keberpihakan kepada mereka yang lemah.

Tak heran apabila sebagian besar assabiquunal awwaluun, mereka yang beriman pada awal-awal masa kenabian, adalah golongan kaum marjinal dan terpinggirkan.

Penghapusan perbudakan.

Perbudakan dimulai saat peradaban bercocok tanam mulai mapan dan tuan-tuan tanah membutuhkan lebih banyak dan lebih banyak lagi tenaga manusia. Catatan perbudakan paling awal dalam sejarah bisa kita temukan pada peradaban Mesopotamia. Perbudakan juga terekam dengan baik ada pada kebudayaan Mesir kuno. Kebudayaan Eropa juga melanggengkan perbudakan pada era Romawi hingga abad kegelapan. Pada abad 11, Dublin, Irlandia, adalah pasar budak terbesar. Di Amerika perbudakan dipraktikkan pada rentang abad 17 hingga 19.

Di tengah peradaban-peradaban besar dunia melegalkan sistem perbudakan inilah Nabi Muhammad lahir, dan menentangnya.

Nabi sering memerdekakan budak, dan mendorong sahabat-sahabatnya untuk melakukan hal yang sama. Para budak yang sudah merdeka itu kemudian banyak yang menjadi pengikut dan sahabat Nabi.

Berbagi

Islam tidak hanya mewajibkan zakat kepada yang kaya. Islam juga mengatur kewajiban nafkah untuk mereka yang hajat hidupnya dalam tanggungan. Lebih dari itu, nabi Muhammad selalu anjurkan umatnya untuk bersedekah, berdonasi, memperhatikan kiri-kanan, siapa tahu ada yang butuh bantuan.

Nabi bersabda, “Tidaklah beriman orang yang tidur kenyang sementara dia tahu ada tetangganya kelaparan.”

Entas kemiskinan

Nabi mencoba entaskan kemiskinan dengan mendorong sahabat-sahabatnya untuk giat bekerja mencari rejeki. Nabi menghardik anak-anak muda yang sepanjang pagi hingga jelang siang i’tikaf di masjid dan memerintahkan mereka untuk mencari kerja.

Di sisi lain, Nabi menentang sistem perekonomian yang tidak adil, berat sebelah, dan merugikan kaum miskin. Riba ditentang. Praktik-praktik yang merugikan dan jual-beli yang curang dilarang.

Junjung martabat wanita

Banyak yang telah diperjuangkan Nabi untuk junjung martabat wanita. Nabi murka dan menentang praktik gila penguburan bayi wanita. Pertamakali dalam sejarah, wanita diberi hak kepemilikan atas hartanya sendiri. Juga untuk pertamakali dalam sejarah, wanita diberi hak waris.

Islam memuji banyak sekali tokoh wanita: bunda Maria, siti Hawa, siti Khadijah, ratu Bilqis, Asiyah istri salah satu raja Firaun, siti Hajar.

Persaksian istri Nabi akan banyak mengejutkan kita. Sayyidah Hafsoh, istri Nabi yang juga putri Sayyidina Umar, pernah berkata, “Aku tidak takut suamiku. Ngapain?” Nabi juga pernah berkomentar, “Istri-istriku lebih takut kepada Umar daripada kepadaku.”

Nabi bersabda, “Yang paling baik di antara kalian adalah yang memperlakukan istrinya dengan cara yang paling baik pula.”

Satu lagi hadis Nabi yang beliau ucapkan sebagai jawaban atas pertanyaan siapa yang paling patut aku hormati? “Emakmu, emakmu, emakmu.”

Wallahu a’lam. 

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *