-Kiai M Thoriqun-
Dalam kehidupan di dunia tidak bisa dipugkiri kita bergelut dengan yang namanya nasib atau takdir. Namun terkadang kita bingung dalam mengartikan dua kata ini.
Sekelompok orang berpendapat bahwasannya “segala sesuatu sesuai kehendak atau takdir Tuhan, manusia tidak punya daya dan kekuatan apa-apa”. Dari pernyataan tersebut memang benar. Bahwasannya manusia adalah mahluk yang lemah. Semua sudah dikehendaki oleh Tuhan dan tertulis di lauhil mahfud mulai dari sejak sebelum lahir sampai kita meninggal. Seakan-akan kita adalah artis yang berperan sesuai skenario yang ditulis oleh Tuhan. Ini bisa diartikan juga bahwa baik dan buruk perbuatan kita semasa hidup juga diatur oleh Tuhan.
Tapi di sekelompok orang yang lain tidak setuju atas pendapat dan pernyataan di atas. Sekelompok ini mempunyai pendapat sendiri bahwasanya “kita hidup di dunia diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan segala sesuatu yang kita kehendaki”. Pendapat ini juga ada benarnya. Karena kita sebagai mahluk Tuhan yang diciptakan lebih sempurna dibanding mahluk Tuhan yang lain. Kita lahir ke dunia dibekali oleh Tuhan berupa akal dan juga ada nafsu. Jadi kita bisa menentukan segala sesuatu sesuai akal atau nafsu kita sendiri. Namun bagaimanapun juga kita tidak bisa meniadakan keberadaan Tuhan.
Dari kedua pendapat di atas belum cukup memuaskan di lapisan masyarakat umum. Sehingga ada saja sanggahan atau pendapat yang berbeda tapi hampir sama. Kelompok ketiga ini berpendapat bahwasanya “Tuhan adalah Maha dari segala Maha , Tuhan adalah sang penguasa alam semesta seisinya. Karena itu, apapun yang kita rencanakan, kita kehendaki, atau bahkan kita sudah mulai berusaha melakukan, tidak akan berhasil tanpa kehendak Tuhan.
Itulah perbedaan pendapat dari ulama’ atau para ahli yang tidak pernah tuntas. Karena kehidupan sangatlah rumit dan sulit diartikan. Dari perbedaan pendapat tersebut tidak perlu diperdebatkan terlalu panjang. Terus kenapa harus berbeda pendapat antar sesama orang ahli? Kan, lebih gampang mereka satu pendapat. Di situlah uniknya manusia sebagai mahluk Tuhan yang sempurna dengan dibekali akal. Perbedaan pendapat itu soal biasa. Tinggal dilihat dari sudut pandang mana dan bagaimana dalam berpendapat.
Meski manusia diciptakan sebagai mahluk Tuhan yang sempurna dibanding mahluk yang lain, tetap saja manusia mempunyai keterbatasan masing-masing antar manusia sendiri. Atau mempunyai kelebihan masing-masing yang tidak dimiliki oleh sesama manusia lainnya. Dalam berpendapat tidak usah sampai gontok-gontokan apalagi sampai menimbulkan pertengkaran. Dan perlu diingat agar tidak terjadi perdebatan yang panjang, bahwasanya perbedaan pendapat itu adalah rahmah. Tinggal kita mau mengikuti yang mana.
Dari ketiga pendapat di atas, mungkin bisa ditarik kesimpulan. Bahwasanya manusia dalam mengarungi kehidupan merupakan sudah takdir Tuhan, dan manusia diberi kebebasan untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan akal yang telah dibekalkan oleh Tuhan. Dalam keadaan bagaimanapun manusia harus percaya dan yakin adanya takdir. Dan, kayakinan ini tidak seharusnya menyurutkan manusia untuk tetap berusaha dan berjuang demi mendapatkan apa yang diinginkan dan diharapkan.
Namun setelah manusia berusaha, semua harus dikembalikan kepada kehendak Tuhan. “Manusia hanya bisa berusaha, Tuhanlah yang menentukan”. Kalau berhasil, mereka selayaknya bersyukur. Dan kalau gagal, tak boleh sedikitpun mereka menimpakan kesalahannya kepada Tuhan.
Wallahu a’lam
Kiai muda Rijalul Ansor Rembang
Tinggalkan Balasan