Lebih dahulu mana, iman atau ilmu? Akan ada yang mengatakan lebih dahulu iman, baru ilmu. Ada pula yang sebaliknya. Semua bisa jadi benar. Masing-masing dari kita memiliki pengalamannya sendiri-sendiri.
Dan iman adalah perkara dinamis. Ia bisa meningkat. Bisa juga surut. Tak jarang seorang muslim taat, dalam perjalanan hidupnya menghadapi cobaan, ia mengalami apa yang biasa disebut krisis iman.
Seorang yang sepanjang hidupnya abai akan diri sendiri, tak pernah memikirkan tujuan dan arti hidup, bisa saja tiba-tiba mendapatkan hidayah melalui sebuah pengalaman dan kemudian mendapatkan keimanan yang tak tergoyahkan.
Banyak orang yang beragama Islam sejak lahir, karena kedua orangtuanya pun beragama Islam. Dan tak pernah memikirkan mengapa hal ini menjadi takdirnya.
Ada pula orang-orang yang harus melewati berbagai macam pengalaman, berbagai jenis penelitian, harus mendalami sekian banyak bidang ilmu, baru kemudian mendapatkan pencerahan dan akhirnya masuk Islam.
Apa saja yang wajib diimani seorang mukallaf?
Iman kepada Allah SWT.
Seorang mukallaf percaya dan sepenuh kesadaran mengakui bahwa dunia ini fana, Allah SWT mencipta segalanya, dan Allahlah yang atur sedemikian rupa. Ada Tuhan yang wajib disembah dan selalu diingat, dipatuhi dan diharap ridho-Nya, ialah Allah SWT.
Iman kepada Malaikat.
Adalah sebentuk kecongkakan yang sungguh di luar batas apabila manusia menganggap hanya mereka saja yang hidup di dunia. Adalah sebuah keterbatasan indera apabila manusia hanya bisa melihat dan menyentuh dan merasakan pepohonan, hewan-hewan, tanah, air, udara dan api.
Banyak hal yang tak terjangkau indera. Salah satunya: Malaikat.
Iman kepada Kitab-kitab Suci.
Seorang mukallaf yakin seyakin-yakinnya bahwa al-Quran bukan produk manusiawi. Ia kalam Ilahi. Tak mungkin ada kesalahan di dalamnya. Seorang muslim juga harus meyakini kesucian kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelum Nabi Muhammad.
Iman kepada Rusul.
Mukallaf yang masih sekadar mengimani Nabi Muhammad tanpa diiringi munculnya rasa cinta kepadanya adalah mukallaf pemula.
Mengimani Nabi Muhammad dan utusan-utusan Allah SWT yang datang sebelumnya adalah batas minimal yang diwajibkan Allah untuk dipercaya.
Percaya akan datangnya Hari Akhir
Seharusnya ini mudah, karena ada banyak jalur pembuktian akan adanya akhir dari dunia ini. Orang sudah berteori tentang permulaan semesta dan sudah pula memprediksi akan datangnya akhir segalanya.
Segalanya?
Inilah yang harus diimani seorang mukallaf. Hari Akhir akan tiba, dan itu adalah awal mula dunia yang selanjutnya: akhirat.
Percaya pada Qodho dan Qodar.
Allah SWT sudah menentukan segalanya sejak jaman azali, menuliskan keputusan-Nya pada al-Lauhul Mahfudz.
Kita bisa mengubah takdir dengan mengambil takdir yang lain, dan takdir yang terakhir inilah yang merupakan takdir Allah SWT.
Wallahu a’lam.
Rukun Iman dasar Keimanan kita dalam memahami Islam untuk menjadi Islam sejati