Yang Fana adalah Peristiwa, Lelucon Abadi

Akhir-akhir ini, banyak pihak yang mencemaskan kondisi kesehatan selera humor masyarakat Indonesia. Orang makin susah saling lempar canda. Orang makin mudah tersinggung tak terima.

Orang makin lupa cara ketawa.

Sampai-sampai ada tagar IndonesiaDaruratHumor.

Padahal kalau mau dipikir-pikir lebih mbulet, sebenarnya bangsa Indonesia tercinta kita ini punya stok cerita humor yang melimpah-ruah, sampai tumpeh-tumpeh.

Cuma, ya gitu deh, kualitas humornya mungkin tidak sama seperti dahulu kala. Beda kelas.

Contoh humor produk jaman now banyak sekali. Ini beberapa yang teringat (disclaimer: kualitas tidak dijamin):

1.

Kaffaro, yukaffiru, kufron.

2.

Seorang dai amatir otodidak berkata, “Guru saya Rasulullah dan para sahabat.”

3.

Pada suatu hari, di Mina, satu rombongan jamaah haji dari Indonesia sedang berjalan sambil semarak bercakap-cakap. Tiba-tiba dari arah berlawanan rombongan disibak oleh seorang petugas haji dari Saudi. “Thoriq! Thoriq! Thoriq ya Haji!”

Rombongan haji secara tertib membelah diri memberi jalan. Setelah petugas haji dari Saudi lewat, rombongan tersebut pun menyatu kembali. Lalu seseorang dari mereka berkata, “Kalian tahu apa arti thoriq?”

Tidak ada yang menjawab. Dia pun menjawab sendiri pertanyaannya, “Thoriq itu artinya ‘permisi’.”

4.

Kota Cairo memiliki jaringan kereta bawah tanah yang mencakup hingga beberapa kawasan sekitar, seperti Hilwan dan Giza. Kereta bawah tanah di sana disebut Metro. Stasiun keretanya disebut ‘anfaq’. Jadi, jika kita sedang berada di Cairo dan melihat ada plang bertuliskan dalam huruf Arab ‘Metro Anfaq’, itu artinya di sekitar situ ada stasiun kereta bawah tanah. Di dalam kota Cairo sendiri stasiun kereta bawah tanah cukup banyak, sehingga kita sering melihat plang ‘Metro Anfaq’ tersebut.

Seorang ikhwan ditanya kawannya, “Mau ke mana, ya Akhi?”

Dia menjawab, “Mau talaqqi, ya Akhi.” Lalu menawari, “Ikut? Ayolaah.”

Kawannya itu nyengir. Dan menjawab, “Enggak, ya Akhi.” Lalu bertanya kembali, “Talaqqi-nya di mana?”

Jawabnya: “Di Zamalek.”

“Naik apa?”

Jawabnya: “Naik Metro Anfaq.”

5.

Tifatul Sembiring: “Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang open source.”

6.

Virus Corona adalah tentara Allah yang dikirim untuk menghancurkan musuh-musuhNya.

7.

Kementerian Pertanian produksi kalung antivirus. 

8.

Yang terakhir ini juga genting, gendeng, tapi paling minim unsur humor: Kementerian Kelautan dan Perikanan ijinkan ekspor benih lobster.

Sudah, delapan saja. Sebenarnya masih banyak yang lain, pastinya.

Share

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *