Daulat Candu H |
Dua orang pemuda menemui guru sufi dan berikrar untuk menjadi muridnya dalam menyusuri jalan menuju Allah. Sang guru sufi menerima mereka berdua, dan mengutus mereka untuk membersihkan dan mensucikan diri.
“Kalian berdua mandilah. Lalu cukur gundul rambut kalian,” titah guru sufi tersebut.
Kedua pemuda itu menurut perintah guru mereka, mandi, membersihkan diri, dan menggundul kepala mereka. Demikianlah, sejak saat itu, dua pemuda itu menjadi salik, pejalan di jalan menuju Allah SWT.
Suatu siang, dalam perjalanan pulang dari pasar usai berbelanja beberapa barang kebutuhan, mereka berdua secara bersamaan melihat sebuah sisir tergeletak di pinggir jalan.
Salah satu dari mereka memungutnya, membersihkannya dari debu, dan berkata, “Wah, sisir!”
Pemuda yang satu mendekat dan berkata, “Mana, lihat sisirnya.” Ia meraih sisir tersebut dari tangan kawannya, dan kembali berkata, “Wah, sisirnya bagus.”
Melihat kedua mata kawannya itu berbinar takjub, pemuda yang pertama ambil sisir itu berkata, “Iya, sisirnya bagus. Beruntunglah aku yang menemukannya pertama.”
“Hei, kita menemukannya bersama-sama,” kata yang satunya tak terima.
“Hei, aku yang pertama memungutnya,” kata yang satunya lagi berargumentasi.
“Tapi kita menemukannya bersama-sama.”
“Kembalikan sisirku!”
Pemuda yang memegang sisir itu sigap mengelak saat kawannya coba merebut sisir itu dari tangannya. Maka demikianlah, kedua pejalan di jalan Allah itu saling klaim saling rebut sisir yang mereka temukan.
Seorang bocah kecil penggembala yang sedari tadi memerhatikan mereka berdua tidak tahan untuk tidak tertawa. Ia mendatangi mereka berdua dan berkata, “Kalian ini kenapa bertengkar dengan kawan sendiri demi sesuatu yang tidak ada gunanya untuk kalian?”
Bocah kecil penggembala itu terus tertawa. Dan kedua pemuda itu baru kembali sadar bahwa mereka berdua gundul.
Tinggalkan Balasan