Hajar; Ibu Muda yang Perkasa

Daulat Candu H |

Saat mendengar perintah suaminya untuk berkemas dan bersiap lakukan perjalanan panjang yang tentu tak mudah, Hajar tak bertanya dalam rangka apa, juga tak bertanya kemana tujuannya. Ia memiliki alasan paling valid di dunia untuk menunda perjalanan jauh: ia punya bayi yang masih harus disusui. Tapi jawaban yang diberikan kepada suaminya, tentu saja, “Iya. Baik.”

Esok paginya, berangkatlah mereka; Nabi Ibrahim, siti Hajar, dan si bayi Ismail, anak pertama dan saat itu satu-satunya. Maka dimulailah perjalanan panjang itu. Perjalanan panjang belah bebatuan tandus dan padang gersang sepanjang 1.500 kilometer. Tentu sebuah perjalanan yang tak mudah. Apalagi membawa bayi yang masih harus disusui.

Kita tidak tahu perjalanan itu ditempuh berapa hari. Kombinasi naik unta dan jalan kaki, tentu perjalanan itu memakan waktu berhari-hari. Belum lagi kondisi medan jalan yang sedemikian gersang dan hampir tanpa kehidupan.

Yang kita tahu, perjalanan panjang nan jauh itu mengantarkan mereka, Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan bayi Ismail, tiba pada sebuah lembah tandus yang dalam tradisi Yahudi maupun Nasrani disebut lembah Paran, yang dalam tradisi Islam kelak dikenal dengan sebutan Bakkah, atau Makkah.

Lembah itu tak berpenghuni, gersang, hampir tanpa tanda-tanda kehidupan.

Dalam sebuah titik, pada suatu siang terik, Nabi Ibrahim menurunkan Siti Hajar dan bayinya, meninggalkan untuk mereka beberapa kurma dan air, lalu berbalik. Tanpa sepucuk pun kata. Tanpa penjelasan. Tanpa ucap perpisahan. Sebuah sikap diam yang menekan dan mencoba sembunyikan gemuruh perasaan dalam dada sang Nabi.

Tak seperti siti Hajar yang tak tahu diajak kemana dirinya oleh sang suami, Nabi Ibrahim sedari awal tampak tahu betul maksud dan tujuan perjalanan. Tak ada penjelasan yang lebih baik atas perjalanan melelahkan ini daripada bahwa perjalanan tersebut dilakukan atas petunjuk Tuhan.

“Suamiku!” teriak siti Hajar, sebagaimana bisa kita bayangkan.

Tanpa jawaban. Tanpa tolehan.

Siti Hajar mengejar, dan kembali berteriak,

“Suamiku! Tunggu!”

Diam dan terus berjalan.

Siti Hajar tiba-tiba sadar. Ia dan bayinya hendak ditinggalkan. Maka tanyanya, “Apakah kami hendak Engkau tinggalkan?” Jeda. Langkahnya ia hentikan. Lalu bertanya, “Mengapa kami Engkau tinggalkan? Dan di tengah padang gersang tanpa kehidupan?”

Nabi Ibrahim terus berjalan.

Sudah bertahun-tahun siti Hajar hidup bersama Nabi Ibrahim. Ia tahu betul siapa suaminya. Bagaimana perangainya. Maka kemudian siti Hajar sekali lagi bertanya, “Suamiku, apakah ini perintah Tuhan?”

Tiba-tiba Nabi Ibrahim menghentikan langkahnya yang tentu gontai. Dan menjawab, “Ya. Ini perintah Allah SWT.”

Lalu berucaplah siti Hajar dengan ucapannya yang masyhur itu: “Jika ini memang perintah Tuhan, maka Dia tidak akan menyia-nyiakan hambaNya. Tinggalkanlah kami dengan tanpa beban. Segala urusan kami pasrahkan.”

Siti Hajar tegak berdiri, menggendong bayi, memandang lurus, melihat suaminya berlalu pergi. Makin jauh, makin jauh. Ia, menggendong bayi, di tengah lembah gersang dikelilingi bukit bebatuan, sendirian, bersama bayi dalam belaian, dan Tuhan dalam keyakinan.

*

Beberapa kilo dari tempat ia tinggalkan siti Hajar dan bayinya, Nabi Ibrahim hentikan perjalanan. Lalu bersimpuh. Luruh. Bisa kita bayangkan bagaimana beban perasaannya, menjalankan perintah Allah SWT untuk menempatkan istri dan bayi lelaki yang puluhan tahun ia harapkan, di tempat yang jauh, gersang tanpa kehidupan, sendirian. Mungkin, Nabi Ibrahim menangis.
Yang pasti, ia kemudian menengadah dan berdoa,

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Tuhan, telah kutinggalkan mereka di tengah padang gersang dekat rumahMu. Semoga mereka mengenal dan menyembahMu. Jadikanlah mereka orang-orang yang disayang. Limpahkanlah untuk mereka rejeki. Semoga mereka bersyukur. [Surat Ibrahim/14 : 37] []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *