Dosa-dosa Kontemporer

Peradaban manusia berkembang bersama kemajuan teknologi dan ekses-eksesnya. Sejak revolusi industri, peradaban manusia hanya melihat satu-satunya jalan maju: perbaikan mekanis fungsional dan produksi barang-barang.

Pembangunan kemanusiaan mandeg.

Tragedi

Kita menyaksikan tragedi kemanusiaan yang terus berulang. Kata-kata bijak terus diproduksi. Tokoh-tokoh perdamaian dan kesetaraan dan kemanusiaan terus lahir dan muncul di panggung narasi. Namun tragedi tetap mengulangi dirinya sendiri.

Kelaparan terus terjadi dan kita seolah tak peduli. Peperangan dikelola dengan licik dan licin, melibatkan intrik-intrik politik canggih, menunggangi kemanusiaan dan simbol-simbol agama secara brutal dan kasar, menutupi kesepakatan-kesepakatan bisnis besar pasar gelap senjata, obat-obatan, minyak, dan entah apalagi. Ujungnya jelas uang.

Kejahatan lingkungan juga tak berhenti. Hutan-hutan terus digunduli. Gunung-gunung dikeruk, bukit digali, perut bumi diaduk-aduk tanpa henti. Ujungnya jelas uang.

Tragedi kemanusiaan dan lingkungan dikelola sedemikian rupa. Tak peduli pada nilai-nilai yang dibawa agama. Tak peduli pada apapun.

Tamak

Kapitalisme adalah tamak itu sendiri.

Di satu sisi perusahaan-perusahaan besar terus produksi barang-barang yang tak perlu. Di sisi lain penduduk negara-negara target konsumen terus dibombardir narasi gaya hidup dan barang-barang teknologi yang tak mereka butuhkan. Ujungnya jelas uang.

Sifat dasar kapitalisme memang ketamakan. Industri dan teknologi maju dikuasai orang-orang serakah. Mereka produksi yang tak perlu, demi hasilkan laba yang tak perlu, mengejar apa yang tak perlu, menumpuk kekayaan yang tak perlu.

Konsumerisme

Manusia hidup pada dasarnya hanya butuh sandang, pangan dan papan. Sehelai atau beberapa baju, sebuah rumah, dan seperempat kilo beras atau gandum, sepotong daging ayam atau tempe, dan segentong air. Boleh ditambah secangkir kopi dan beberapa potong ketela goreng.

Dan sebuah buku bagus.

Kebutuhan primer manusia untuk bisa hidup ini tidak bisa akur dengan dahaga imperialisme modern. Maka diciptakanlah kebutuhan-kebutuhan baru meski semu. Kapitalisme memperkenalkan istilah baru: gaya hidup.

Tak cukup iklan-iklan tawarkan barang-barang terbaru agar orang terus berbelanja kebutuhan, bahkan belanja itu sendiri menjadi kebutuhan.

Ketidakpedulian dan Ketimpangan Sosial

Mario Puzo, dalam lembar pertama novel The Godfather, menulis kata Balzac: “Di balik setiap kekayaan yang menumpuk, ada kejahatan.”

Dalam masyarakat muslim, jika ada seseorang kelaparan, itu artinya ada orang-orang terlalu kaya yang rampas haknya. Rumi berkata bahwa musik yang haram dalam Islam adalah suara denting melodi sendok dan garpu yang didengar oleh telinga orang yang kelaparan.

Dalam Islam, adalah dosa besar bagi orang-orang kaya membiarkan tetangga mereka hidup dalam kemiskinan.

Perusakan Alam

Firman-firman Allah SWT:

  • Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
  • Aku ciptakan dan tempatkan penggantiKu (yaitu manusia) di bumi.
  • Dialah Allah yang munculkan kalian manusia di atas bumi dan menempatkannya di atasnya untuk memakmurkannya.

Ketiga napas ayat Qur’an di atas bila disatukan dalam sepenggal kalimat akan menjadi begini: Allah SWT ciptakan manusia dan tempatkan mereka di atas bumi sebagai pengganti (Khalifah) Allah SWT untuk memakmurkannya dan setiap usaha manusia untuk hidup dan memakmurkan bumi adalah sebentuk ibadah.

Apa maksud memakmurkan bumi? Manusia diciptakan sebagai pengganti Allah untuk hidup di atas bumi dan memanfaatkannya, mengelolanya, dan melestarikannya.

Bukan merusaknya. Bukan mengeksploitasinya secara ugal-ugalan.

Demikianlah, hal-hal tersebut di atas adalah dosa-dosa besar yang bertentangan dengan nilai-nilai dan napas norma keislaman. Hidup bersih, sederhana, bahagia, saling hormati sesama, jalankan kewajiban dan penuhi hak-hak liyan, itulah Islam.

Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *