Nabi Perempuan

Daulat Candu H |

Muslim percaya adanya Nabi. Nabi adalah sebutan dalam bahasa Arab untuk seseorang yang membawa kabar. Pada jaman di mana mobilitas manusia masih sangat terbatas dan kabar tentang “dunia luar” hanya dimiliki orang-orang tertentu, dengan laku, kecerdasan dan pengalaman hidup tertentu, maka individu yang memiliki visi dan ide-ide jauh melampaui cara pandang hidup kaumnya memiliki peran sosial yang menentukan.

Dalam bingkai bahasa agama, tokoh-tokoh pembaharu ini didatangi malaikat untuk berkomunikasi dan diberi informasi-informasi. Kata lain informasi: wahyu.

Kitab-kitab suci agama Yahudi dan Nasrani, yang orang Islam juga dituntut untuk mengimaninya, menyebut sekitar 200 nama nabi. Al-Qur’an hanya mengisahkan 25 nama Nabi. Tapi al-Qur’an juga menegaskan bahwa “Sebagian nabi-nabi itu Kami kisahkan dan sebagian tidak.” (An-Nisa; 164). Para ulama bahkan menyebut bahwa perkiraan jumlah nabi ada 124.000.

Allah berfirman, “Telah Kami kirim Utusan untuk tiap-tiap kaum.” (An-Nahl; 36).

Allah SAW juga berfirman bahwa tidak ada satu settlement, komunitas, suku atau peradaban yang terlewatkan dan tidak diutus kepada mereka seorang nabi (Fathir; 24, Ar-Ra’d; 7).

Hal ini sesuai dengan sifat adil Allah SWT. Bagaimana hendak menghukum pelanggar hukum bila tidak ada yang mengajari hukum-hukum tersebut terlebih dahulu?

Dari 124 ribu nabi yang diutus, apakah mungkin semuanya laki-laki? Kenapa harus semuanya laki-laki?

Gagasan bahwa kemungkinan pada jaman dulu ada Nabi perempuan terdengar amat sangat janggal bagi kebanyakan kita. Tapi begitulah, kemungkinan itu ada. Meski tak ada yang bisa memastikannya. Sebagaimana tidak ada yang bisa memastikan ketidakmungkinan adanya Nabi perempuan.

Lalu, kenapa pula dibahas?

Karena nyatanya kita masih hidup dalam dunia yang bias.

Para ulama berbeda pendapat. Sebagian besar menyatakan bahwa nabi dan rasul pastilah laki-laki. Pendapat mereka mengacu pada ayat Al-Qur’an,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى

(Yusuf; 109)

“Kami tidak mengutus Utusan sebelummu, Muhammad, kecuali “rijal” pribumi.”

Ulama yang berpendapat bahwa nabi dan rasul pastilah laki-laki memaknai kata “rijal” sebagai “laki-laki”.

Sebagian ulama lain berpendapat sebaliknya. Mereka menyatakan bahwa nabi tidak pasti laki-laki. Mereka memahami bahwa kata “rijal” dalam ayat tersebut di atas sebagai “tokoh”.

Mereka yang berpendapat bahwa nabi ada yang perempuan juga mengacu pada kenyataan bahwa dalam Al-Qur’an dikisahkan Sayyidah Maryam ibu nabi Isa didatangi malaikat Jibril.

Di antara ulama yang berpendapat bahwa beberapa wanita telah Allah tunjuk sebagai nabi adalah dua tokoh Andalusia, imam Al-Qurthubi dan Ibnu Hazm.

Selain dua tokoh tersebut, yang berpendapat bahwa Allah telah mengutus nabi perempuan adalah imam Abu Hasan Al-Asy’ari, pendiri Mazhab Asy’ariyah, tokoh utama Ahlussunnah wal Jamaah.

Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *