Syarat Sah Penerapan Normal Baru

Daulat Candu H. |

Islam sama sekali tidak mentolerir permainan dadu kocok. Mengapa? Sebab itu permainan untung-untungan. Dan, apa jadinya hidup bila digantungkan pada sikap untung-untungan?

Jika dadu kocok yang memiliki lingkar pengaruh tak luas, hanya pada pribadi pelaku dan beberapa orang sekitarnya, saja dilarang, maka bagaimana jika taruhan dadu kocok itu adalah nyawa dan hajat hidup orang satu negara?

Belakangan santer dimunculkan wacana penerapan kenormalan baru. Ini sepertinya memang semacam langkah standard selanjutnya dalam hadapi pandemi. Pertanyaannya satu: apa memang sudah waktunya?

Apa yang akan terjadi masih teka-teki. Tidak ada yang tahu kapan pandemi bisa diakhiri. Bisa sampai dua tahun, beberapa kalangan memprediksi. Dan, hidup tak bisa terus begini.

Keadaan ekonomi terpuruk. Katastrop kesehatan terus memburuk. Proses pendidikan tak maksimal. Orang tak bisa gelar ibadah komunal. Masyarakat tak bisa berkegiatan sosial. Ruang publik dan sarana umum tampak ganjil.

Semua orang ingin keadaan ini segera berakhir. Dan hidup kembali normal.

Oke, tapi ada langkah-langkah yang musti dilalui dan dilakukan untuk bisa kendalikan laju pandemi dan atasi krisis ini. Semua pihak, pemerintah, masyarakat, pengusaha, siapapun, harus bersama-sama disiplin jalankan tugas dan protokol hidup sehat sesuai porsi dan posisi.

Kita ingin segera bisa kembali beraktivitas meski dalam lingkup terbatas, dengan norma baru dan aturan tegas. Tapi untuk bisa begitu, ada syaratnya.

Syarat sah penerapan normal baru.
  • Kurva melandai.

Kenormalan baru bisa diterapkan bila pertumbuhan jumlah terkena Corona sudah melewati puncak tertingginya, lalu menurun landai dan pada akhirnya stabil pada angka sekian.

  • Pemerintah konsisten, kuat dan tegas terapkan kebijakan.

Ambillah kebijakan yang masuk akal dan memang bisa diterapkan. Lakukan sosialisasi dan edukasi. Lalu benar-benar tegakkan aturan.

  • Sarana dan prasarana yang mendukung kenormalan baru.

Pemerintah siapkan sarana dan prasarana yang tunjang cara hidup normal yang baru. Banyak ruang publik yang bisa di-tweak. Kesiapan rumah sakit dan ruang isolasi juga kembali dicek.

  • Masyarakat yang disiplin.

Rekayasa sosial besar-besaran dan dalam waktu relatif singkat memang susah. Tapi ini syarat yang harus dipenuhi: disiplin.

Lalu coba kita lihat kondisi Indonesia. Apakah jumlah positif Corona sudah mencapai puncaknya dan mulai menurun? Menurun dari Hong Kong. Apakah pemerintah sudah konsisten, kuat dan tegas terapkan apapun kebijakannya? Ups. Apakah sarana dan prasarana sudah disiapkan dan siap pakai?

Dan, apakah Anda seharian ini diam di rumah saja? Apakah Anda saat terpaksa keluar rumah memakai masker dan bawa sanitizer?

Paling tidak, inilah empat syarat sah kenormalan baru. Jika syarat sah tidak terpenuhi, maka kebijakan itu menjadi batal. Dalam bahasa Arab, pelaku batal dinamakan batil. Hal yang batal tapi tetap dilakukan dinamakan kebatilan.

Jangan bermain dadu. Allah SWT tidak bermain dadu.

Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *